BAB 6
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Contoh Kasus
Penderitaan Bocah Penderita Kanker
Adi Prayogi, bocah 11
tahun pengidap kanker otak, kini sudah dapat menunjukan keceriaannya kembali.
Berkat bantuan obat herbal dari seorang perempuan berdarah Jawa-Medan yang
empati kepadanya, setelah membaca pemberitaan Tribun beberapa waktu lalu,
kondisi Adi semakin hari semakin membaik.
"Sekarang dia sudah lebih mendinganlah daripada kemarin. Dia sudah bisa duduk lama, tahan sampai 1 jam, sakit di kepalanya juga sudah berkurang, biasanya setiap jam 1 pagi dia terbangun, tapi sekarang sudah nggak lagi. Dia juga sudah bisa beraktifitas sendiri, walaupun masih merangkak, tapi lebih kuat aja kakinya dibanding kemarin. Berdiri juga sudah bisa, meskipun jalannya masih dipapah," ucap Slamet Riyadi, ayah Adi, kepada Tribun Batam (grup Tribunnews.com).
Menurut Slamet, perempuan yang tak diketahui namanya, dan tinggal di daerah Tanjung Piayu itu sangat baik kepada keluarganya. Setelah membaca Tribun, perempuan yang juga mengidap kanker rahim itu segera menelepon Slamet agar mengambil ramuan herbal ke rumahnya, gratis, tanpa dipungut biaya.
"Ibu itu juga kena kanker rahim. Dia dan ibunya, nangis setelah baca koran, sambil cerita dia juga nangis. Kok bisa Adi kena kanker otak? Dia kasih obat kayak dari kayu, dan ranting-ranting tanaman, 2 kantong besar. Obat itu dikirim Bapaknya dari Medan, katanya untuk menghilangkan semua jenis kanker. Ibu itu juga sudah mencobanya 1 bulan, dan dia merasa lebih baikan," cerita Slamet.
Sesampai di rumahnya, Bengkong Indah 3 Blok B Nomor 26, RT 01 RW 03, Hesti Wiyani, istrinya, segera merebus ramuan kayu dan ranting tanaman itu, dan air rebusannya disuguhkan kepada Adi.
"Dia minum air rebusannya, kapanpun dia mau. Obatnya memang pahit, tapi kalau soal jamu, apapun mau diminumnya," kata Hesti. Hal yang sama juga diucapkan bocah malang itu.
"Pahit rasanya, tapi enak. Adi minum biar cepat sembuh," ucap bocah itu polos, saat Tribun menanyakan alasan kemauan kuatnya untuk meminum ramuan herbal.
Itulah hasil dari kesabaran & terus berusaha sehingga penderitaan yang diderita tidak akan memberikan dampak yang memburuk dalam hidup kita.
"Sekarang dia sudah lebih mendinganlah daripada kemarin. Dia sudah bisa duduk lama, tahan sampai 1 jam, sakit di kepalanya juga sudah berkurang, biasanya setiap jam 1 pagi dia terbangun, tapi sekarang sudah nggak lagi. Dia juga sudah bisa beraktifitas sendiri, walaupun masih merangkak, tapi lebih kuat aja kakinya dibanding kemarin. Berdiri juga sudah bisa, meskipun jalannya masih dipapah," ucap Slamet Riyadi, ayah Adi, kepada Tribun Batam (grup Tribunnews.com).
Menurut Slamet, perempuan yang tak diketahui namanya, dan tinggal di daerah Tanjung Piayu itu sangat baik kepada keluarganya. Setelah membaca Tribun, perempuan yang juga mengidap kanker rahim itu segera menelepon Slamet agar mengambil ramuan herbal ke rumahnya, gratis, tanpa dipungut biaya.
"Ibu itu juga kena kanker rahim. Dia dan ibunya, nangis setelah baca koran, sambil cerita dia juga nangis. Kok bisa Adi kena kanker otak? Dia kasih obat kayak dari kayu, dan ranting-ranting tanaman, 2 kantong besar. Obat itu dikirim Bapaknya dari Medan, katanya untuk menghilangkan semua jenis kanker. Ibu itu juga sudah mencobanya 1 bulan, dan dia merasa lebih baikan," cerita Slamet.
Sesampai di rumahnya, Bengkong Indah 3 Blok B Nomor 26, RT 01 RW 03, Hesti Wiyani, istrinya, segera merebus ramuan kayu dan ranting tanaman itu, dan air rebusannya disuguhkan kepada Adi.
"Dia minum air rebusannya, kapanpun dia mau. Obatnya memang pahit, tapi kalau soal jamu, apapun mau diminumnya," kata Hesti. Hal yang sama juga diucapkan bocah malang itu.
"Pahit rasanya, tapi enak. Adi minum biar cepat sembuh," ucap bocah itu polos, saat Tribun menanyakan alasan kemauan kuatnya untuk meminum ramuan herbal.
Itulah hasil dari kesabaran & terus berusaha sehingga penderitaan yang diderita tidak akan memberikan dampak yang memburuk dalam hidup kita.
Sumber : http://www.tribunnews.com/2012/06/16/derita-bocah-penderita-kanker-otak-diberi-ramuan-ajaib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar