ERUPSI MERAPI
Pengungsi Butuh Harapan
YOGYAKARTA, KOMPAS - Para pengungsi korban letusan Gunung
Merapi yang kini hidup jauh dari rumah mereka membutuhkan harapan agar bisa
menghadapi keadaannya saat ini. Semua pihak seharusnya bisa membangkitkan
harapan mereka dengan memberikan dorongan serta hiburan.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar Antropologi Universitas
Gadjah Mada PM Laksono, Kamis (10/11). ”Dalam fase tanggap darurat, jangan
sampai pengungsi kehilangan harapan. Ciptakan harapan bagi anak-anak,
perempuan, juga kelompok lanjut usia, jangan dibikin putus asa,” ujarnya.
Ia mengatakan, hidup di pengungsian tidak mudah dijalani. Di
dalam rumah, seburuk apa pun kondisinya, ada totalitas hidup. Di rumahnya,
seorang manusia menjadi manusia yang utuh. Dia bisa bekerja. Dia punya ruang
untuk dirinya sendiri, keluarga, hewan peliharaan, juga para tetangga. Bahkan,
seorang nenek dan kakek yang sudah lanjut usia pun bisa tetap beraktivitas di
rumahnya.
Ketika berada di pengungsian, totalitas itu tidak bisa
didapat. Mereka tiba-tiba berada di ruang yang asing bersama orang-orang asing.
Mereka juga tidak bisa bekerja dan beraktivitas. Dalam situasi semacam ini,
seorang manusia yang secara fisik sehat akhirnya bisa menjadi sakit. ”Walau di
pengungsian makan daging ayam, mereka akan lebih bahagia makan seadanya di
rumahnya sendiri,” ujar Laksono.
Bagi manusia, hidup bukan sekadar persoalan makan dan minum.
Oleh karena itu, selain menjamin terpenuhinya kebutuhan makan dan minum,
pengungsi harus didorong untuk memiliki harapan akan masa depan mereka
pascapengungsian.
Menurutnya, semua pihak bisa berperan dalam menciptakan
harapan. Media, misalnya, sesungguhnya punya tanggung jawab untuk membangkitkan
harapan pengungsi. Dalam suatu bencana, media mestinya bisa memberikan
informasi yang menenangkan warga. Media seharusnya tidak semakin menambah
kecemasan warga dengan informasi yang diberikan.
Media juga bisa mendedikasikan dirinya untuk menyajikan
informasi sederhana yang berguna bagi pengungsi. ”Misalnya, informasi tentang
jalur evakuasi, atau informasi tentang nomor telepon dan alamat penting,”
tuturnya. (ARA)